Wednesday, October 8, 2014

Pokok MATI Sebab TERIAKAN KUTUKAN dan HINAAN



Tentu pelik mendengar pokok mati sebab kutukan dan hinaan tapi itulah sebenarnya yang berlaku. Amalan ini dibuat oleh penduduk Kepulauan Solomon. Kepulauan Solomon terletak di Negara Melanesia yang terletak di timur Papua New Guinea dan ianya terdiri dari 990 buah pulau dengan keluasan tanah sebesar 28,400 km persegi. Ibu negeri bagi Melanesia adalah Honiara. Ianya dikatakan telah didiamin sejak 30,00 tahun dahulu dan menjadi negeri di bawak United Kingdom. Perang Dunia Ke-2 berlaku disini dan negera ini mula ditadbir sendiri oleh mereka pada 1976 dan kemerdekaan pada 2 tahun kemudian. Negara ini masih lagi menjadi anggota Kerajaan Komanwel.


Untuk menebang pokok, rakyat Pulau Solomon, mereka tidak menebang pohon pohon di hutan menggunakan perkakas gergaji atau kapak, melainkan dengan teriakan. Mereka mengelilingi suatu pohon, kemudian mereriakinya dengan kata-kata kasar, hinaan, dan merendahkan, lalu berganti ke pohon yang lain dan melakukan hal yang sama. Sekitar 40 hari kemudian, pohon-pohon tersebut layu, kering, tumbang, dan akhirnya mati.


Teriakan yang dilakukan oleh rakyat Pulau Solomon membawa suatu tenaga negatif yang membuat pokok-pokok ini mati. Hal sebaliknya akan terjadi jika pohon tersebut dipancarkan tenaga postif berupa kata-kata halus dan semangat. Ertinya, tanaman yang tidak memiliki akal, otak, ataupun reseptor saraf terutama pendengaran, dapat merasakan tenaga yang dipancarkan padanya. Tenga tersebut berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Jika tanaman dapat merasakan hal demikian, bagaimana dengan manusia yang jelas mempunyai akal, otak, serta indera pendengaran?

Apakah pengajaran di sini??? 
Ingatlah, setiap kali Anda berteriak, memekik pada seseorang kerana merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahawa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan kerana emosi-emosi kita, perlahan -lahan pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan dengan kita.

Dalam kehidupan sehari-hari. Teriakan, hanya di berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, benar?
Nah, mengapa orang yang marah dan emosi mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka dekat bahkan hanya bisa dihitung dalam centimeter. Mudah menjelaskannya.

Pada realitinya, meskipun secara fisik dekat tapi sebenarnya hati begitu jauh. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak! Selain itu, dengan berteriak, tanpa sedar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh orang yang dimarahi kerana perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak kerana kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang Jika tetap ingin roh pada orang yang anda sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan.

Hal yang sama dalam membentuk dan mendidik anak maupun bagi mereka yang bergelar pendidik, anak murid mereka. Mungkin selama ini tanpa sedar kita mungkin telah ”MEMBUNUH” roh dan semangat anak kita, baik anak kita sendiri maupun anak didik kita, dengan cara yang hampir sama dengan cara orang Solomon: membentak keras saat anak melakukan kesalahan, mengucapkan kata-kata kasar, dan memberi stigma buruk dengan kata bodoh, nista, malas, dan sebagainya. Maka jadilah anak-anak tadi seorang yang benar-benar bodoh, ceroboh, malas, dan lain-lain sebagaimana kita ucapkan.
Berhati-hatilah! Sebab rasanya tidak mungkin kita berniat ”MEMBUNUH” anak kita atau murid kita. Kita ingin mereka berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri, terampil, berkepribadian luhur, dan memiliki tanggung jawab.

Pengajaran UTAMA

Ingat, setiap perkataan yang keluar dalam kata-kata adalah doa. Dan doa pula adalah permintaan jadi, sebab itulah kata-kata yang baik perlu senantiasa keluar dari mulut mahupun hati. Imam Ali Radhiallhu’anhu berkata:”Hati yang jahat terletak pada mulutnya, dan mulut yang baik, terletak pada hatinya”.